Saturday, September 26, 2015

"Kontes Seni Ketangkasan Adu Domba"

Adu  Domba mengandung dua arti:
Adu Domba arti sebenarnya adalah membuat domba berkelahi/beradu (Sheep Fighting). Hal ini banyak menuai kontroversi antara yang membolehkan dan melarang.
Bagi yang membolehkan, ini beralasan bahwa adu domba hanyalah sebuah hiburan atau kesenian rakyat yang juga termasuk budaya seni di tatar sunda. Bahkan sekarang namanya bukan adu domba tapi "Kontes Seni Ketangkasan Domba".

Dalam prakteknya adu domba saat ini diatur oleh wasit, dombanya pun di pilih yang seimbang. 
Setiap Domba hanya bertarung satu kali dengan lawan yang seimbang, itu pun hanya sebanyak 20 kali beradu, jadi tidak sejatuhnya, tapi kalo salah satu lawan sebelum 20 kali beradu sudah kalah atau dianggap berbahaya, maka wasit memberhentikan pertarungan.

Mereka yang membolehkan beranggapan ini budaya sunda harus dilestarikan. bahkan keuntungannya mereka bisa memberikan dampak ekonomi karena bisa memilih mana domba yang berkualitas, bukan hanya bagus beradunya tapi bagus dalam segi postur tubuh, tanduk, warna kulit atau juga penampilan domba. domba yang mempunyai kualitas baik akan bernilai rupiah yang besar.

Sejarah tradisi seni ketangkasan domba Garut ini berawal dari masa pemerintahan Bupati Suryakanta Legawa sekitar tahun 1815-1829, ia sering berkunjung ke sejawat perguruannya bernama Haji Saleh yang mempunyai banyak domba. Sebagai sesama pemilik dan pecinta hewan domba, ia meminta salah satu domba sahabatnya yang dinamai Si Lenjang untuk dikawinkan dengan domba yang ada di Pendopo Kabupaten yang bernama Si Dewa. Lenjang dan Dewa beranak Si Toblo, yang kemudian beranak-pinak menghasilkan keturunan domba Garut yang dikhususkan hanya sebagai hewan pada pentas seni adu tangkas yang berbeda dengan hewan domestik domba umumnya. Kualifikasi dan perawatan keseharian domba khusus adu tangkas ini pun lebih tertata dan terawat. Makan, minum, hingga kesehatannya dijaga. Hingga umumnya, domba jenis ini mempunyai fisik yang kekar dengan berat sekitar 60-80 Kg, tanduk baplang (besar seperti kumis pria yang melebar), warna bulu kebanyakan putih dan telinga ngagiri. Perkembangan selanjutnya dari pemeliharaan domba garut mengarah pada dua sasaran utama, yaitu sebagai penghasil daging dan untuk kesenangan atau hobi, selain hewan domestik pendukung pertanian masyarakat agraris umumnya.











Adu domba arti lain adalah mengadu domba, memfitnah dalam istilah Islam Namimah dalam politik perang Belanda di kenal dengan Devide et Impera. adu domba ini adalah suatu perbuatan tercela yang jelas hukumnya yaitu dosa. banyak dalil yang melarang perbuatan adu domba, diantaranya :

Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:
هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيم
“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.” (Al-Qalam: 11)
Dan Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18).
Juga Allah berfirman:
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Al-Humazah: 1).
Yang dimaksud di sini adalah nammam (yang melakukan adu domba).
Allah berfiman:
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar” (Al-Lahab: 4).

Maksudnya adalah kiasan bagi pengadu domba, karena istri Abu Lahab adalah orang yang suka membawa berita untuk merusak hubungan sesama manusia, dan disebutkan di sini “kayu bakar”, karena ia menebarkan permusuhan dan kebencian di antara manusia sebagaimana kayu bakar menebarkan api. Adapun mengadu domba adalah gangguan yang ditujukan kepada kaum muslimin untuk merusak hubungan sesama mereka,

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ. (متفق عليه)

“Tidak masuk Surga orang yang suka mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaihi).


Hukum Mengadu Domba/Namimah

Mengadu domba adalah perbuatan yang paling buruk di antara perbuatan-perbuatan buruk, namun paling banyak terjadi di antara sesama manusia hingga tidak ada orang bisa terhindar dari perbuatan itu kecuali sedikit sekali.

Kaum muslimin telah bersepakat menyatakan bahwa mengadu domba itu adalah perbuatan yang diharamkan, karena banyak dalil-dalil dari Al-Qur’an dan An-Sunnah yang secara tegas menyatakan bahwa perbuatan itu adalah haram
.
Al-Hafizh Al-Mankhari berkata: Umat ini telah sepakat mengharamkan namimah, dan juga menyatakan bahwa namimah adalah termasuk diantara dosa yang paling besar di sisi Allah Subhaanahu Wata’aala.

Namimah diharamkan karena dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kaum Muslimin.

Wednesday, September 23, 2015

Idul Adha 1436 H di Ujungjaya

Idul Adha 1436 H tahun ini di peringati tepat pada Hari Kamis 24 September 2015, walau ada juga yang memperingati pada Rabu 23 September 2015. Seperti biasa peringatan Idul Adha di Ujungjaya di awali dengan mengumandangkan Takbir pada malam hari dan melaksanakan Sholat Ied pada pagi harinya dan dilanjutkan dengan menyembelih Hewan Qurban. 

Segenap crew ujungjaya online mengucapkan Selamat Idul Adha 1436 H. Mohon Maaf Lahir Batin. Semoga kita senantiasa bisa bersyukur atas ni'mat Allah SWT, dan kita termasuk orang-orang yang beriman. Amiin. barokallah.


Saturday, September 5, 2015

Bakti Sosial Kepala Desa Sakurjaya "Khitanan Masal"

Masih dalam rangkain hajatan Kepala Desa Sakurjaya Yaya Jaedi Wijaya, hari ini Minggu 6 September 2015 digelar Khitanan Masal. 

Khitanan Masal diikuti oleh anak-anak yatim dan anak-anak dari warga Desa Sakurjaya bahkan ada juga dari Luar Desa Sakurjaya seperti dari Desa Cibuluh, Palasari dan desa Ujungjaya.

Peserta khitanan masal selain diKhitan Gratis juga mendapat bingkisan dan Uang "Panyecep" dari Pa Kuwu.






Desa Sakurjaya Dipenuhi Kuda Renggong

Sabtu, 5 September 2015. Masyarakat Desa Sakurjaya dan Sekitarnya disuguhkan Hiburan Gratis dan Meriah yaitu Kesenian Kuda Rengong. Kuda yang berjumlah 68 ekor itu berjalan beriringan dari mulai tempat kediaman Kepala Desa Sakurjaya Yaya Jaedi Wijaya di Dusun Cilega ke Desa Ujungjaya dan beristirahat di Pasar Ujungjaya. Sepanjang jalan yang dilewati iring-iringan kuda, terlihat masyarakat yang ingin menonton kuda, jalan raya pun menjadi macet. 

Setelah Istirahat, Pasukan Kuda kembali pulang ke Desa Sakurjaya dan berkeliling ke Cikoang, Cikuleu dan kembali ke Cilega.

Iring-iringan kuda terdiri dari :
68 Ekor Kuda
5 Grup Tanji
5 Kelompok Penari
3 Unit mobil Pasukan Pengawal
3 Kereta Andong